Di sebuah sekolah kecil di pinggir desa, ada seorang anak bernama Nisa. Ia duduk di kelas 5 SD. Setiap pagi, Nisa berjalan kaki menyusuri sawah untuk menuju sekolah. Meski sederhana, sekolah itu menjadi tempat yang penuh warna bagi Nisa.
Namun, ada satu hal yang sering membuatnya sedih. Ia selalu merasa canggung setiap kali guru meminta siswa membaca lantang di depan kelas. Nisa tidak pandai membaca dengan cepat seperti teman-temannya. Kadang-kadang ia terbata-bata dan menjadi bahan ejekan.
“Coba lebih cepat, Nisa!” ujar Bu Guru suatu hari. Nada lembutnya tetap tak mampu menyembunyikan tatapan simpati.
Nisa menggigit bibirnya, menunduk malu. Ia ingin menangis, tapi menahan diri. Teman-temannya berbisik-bisik, beberapa bahkan tertawa kecil.
Sejak saat itu, Nisa merasa semakin takut menghadapi pelajaran membaca. Ia selalu berharap Bu Guru tidak menunjuknya lagi.
Suatu hari, saat pulang sekolah, Nisa bertemu Pak Budi, penjaga perpustakaan sekolah. Pak Budi adalah pria tua yang ramah, selalu tersenyum meski hidupnya sederhana. Ia melihat Nisa duduk termenung di depan gerbang sekolah.
“Ada apa, Nisa? Kok murung?” tanya Pak Budi sambil mendekat.
Nisa bercerita dengan suara pelan, mengungkapkan betapa sulitnya ia membaca dengan lancar. Pak Budi tersenyum lembut dan berkata, “Ayo ikut ke perpustakaan. Aku punya rahasia kecil untukmu.”
Di perpustakaan yang sunyi, Pak Budi mengeluarkan sebuah buku bergambar yang penuh warna. Judulnya Petualangan Si Kelinci Kecil.
“Cobalah membaca ini. Perlahan saja, tidak perlu terburu-buru,” kata Pak Budi.
Nisa mulai membaca. Awalnya, suaranya gemetar, tapi Pak Budi dengan sabar membantunya memahami setiap kata. Setiap sore, setelah sekolah, Nisa datang ke perpustakaan untuk belajar bersama Pak Budi.
Sebulan kemudian, Bu Guru kembali meminta Nisa membaca di depan kelas. Meski gugup, Nisa berdiri dengan berani. Kali ini, ia membaca dengan lancar. Tak ada tawa atau bisikan dari teman-temannya. Mereka justru memberi tepuk tangan.
“Nisa, kamu hebat!” ujar Bu Guru dengan bangga.
Sejak saat itu, Nisa semakin percaya diri. Ia bahkan menjadi siswa yang rajin membantu teman-temannya yang kesulitan membaca. Ia sadar bahwa setiap perjuangan akan berbuah manis jika diiringi usaha dan dukungan dari orang-orang yang peduli.
Di balik pintu kelas, Nisa menemukan harapan baru.
Bagaimana menurutmu ceritanya? 😊